Satu Bulan

Kita pernah berikrar untuk saling berjauhan. Ingatkah kamu waktu itu? Baru satu hari berlalu, kamu menghubungiku lagi. Ya, kita kembali bertemu di sebuah mall di kota yang terkenal dengan buah belimbing. Lalu, kita bersama memasuki gedung kaca yang sarat akan hiburan. Sebuah film kisah nyata berjudul “Everest” menjadi santapan.

Kita kembali berbincang, tertawa, dan berjalan bersama juga bergandengan tangan. Semua peristiwa itu masih lekat di benak. Pada akhir bulan Juli lalu pun aku masih ingat. Kala Menteri Pariwisata Arief Yahya sedang diserbu oleh para kuli tinta. Betul, termasuk aku juga. Di sana, senyum simpulmu berhasil mengikat pandanganku.

Setiap pagi, kita selalu menyapa. Entah kamu atau aku terlebih dulu. Kamu sudah berangkat, kadang aku masih terlelap. Begitu sebaliknya. Kita masih bergantung pada deret huruf dan angka yang bersatu membentuk kata dan agenda. Kamu belum sarapan. Susah ya buat sarapan. Oh iya, kamu kan susah makan nasi. Kamu sampai di Depok, aku pergi menuju ke Jakarta. Kita masih berbeda.

Waktu terasa cepat berlalu. Aku tenggelam dalam kesibukan. Kamu terhempas kepadatan. Hanya barisan kata yang mampu tertulis di layar kaca telepon genggam yang terlihat. Namun, suara kita juga merasuki telinga. Terkadang foto juga menjadi pelipur lara. Waktu berjumpa hanya sekelebatan mata. Apalagi kemarin, hampir dua minggu lamanya aku tak berada di kota-kota yang menjadi tempat pertemuan kita.

Dalam hati, hanyalah doa yang terucap. Semoga kita baik-baik saja. Kita dapat selalu tertawa dan terus berjuang. Demi masa depan yang sudah menunggu. Setiap fajar, siang, sore, dan malam kita terus terjaga. Dalam perjalanan hidup, kita meminta. Pada-Nya, kita memohon. Dia tak tidur. Selalu mendengar dan melihat. Walaupun hamba-Nya terlelap. Seperti sekarang yang kamu lakukan. Tidur.

Kemarin, tepatnya pukul 13.30 WIB, kita kembali bertemu. Setelah lama aku pergi. Menariknya, kita melakukan di tempat yang sama. Dengan aktifitas yang sama tapi dengan film yang berbeda. Kali ini film The Last Witch Hunter yang baru dirilis kemarin lusa, 23 Oktober 2015. Film yang dibintangi Vin Diesel dan bercerita tentang pemburu penyihir berlatar tempat di New York. Kita terpana dan bertanya-tanya “siapakah Kaulder ini?” di sudut kursi bioskop dengan urutan L. Ah filmnya seru ya. Sebelumnya, kita juga nonton video perjalanan Chulu West-nya anak Mapala UI di Pusgiwa. Lumayan nontonnya.

Setelah film berakhir, kita pergi ke lorong jalan Kober membeli kabel data iPhone. Kalau tidak beli, tak mungkin tulisan ini selesai dan diunggah di blogku yang usang. Lagipula, hari ini aku juga mesti bekerja. Hanya telepon tenggam berlogo buah apel ini andalanku. Maklum, laptopku sedang rusak. Kita kembali bergegas. Bekasi adalah tujuan akhirnya.

Kamu sempat tertidur ketika Nanu meninggalkan Tanjung Barat dan memasuki Pasar Minggu. Aku dan Nanu memelankan laju supaya kamu bisa terlelap. Maafkan aku dan Nanu. Lain waktu kita pergi dengan lebih nyaman ya. Kita sempat berhenti di sebuah masjid di daerah Pasar Minggu Baru. Sebentar kita menghadap-Nya. Namun perut mulai lapar. Kita kembali melaju menuju Duren Sawit, jalan potong menuju Pulo Gadung. Kamu bilang aku hapal jalan. Jalan itu adalah rute menuju rumah saudaraku. Jadi aku bisa hapal.

Kota Harapan Indah sudah mulai dekat. Tetiba kamu mabuk. “Aku mual. Mungkin karena naik motor,” keluh kamu. Kok bisa ya? Sungguh bertolak belakang. Aku malah mabuk jika naik mobil. Sedikit lagi sampai kok. Nanu bergerak lincah. Kamu keheranan. Kan perut sudah mulai lapar. Rencananya, kita akan menikmati makanan di sebuah kedai berkonsep warung kopi. Namun, karena ramai kita pindah ke tenda kecil warung yang menghidangkan makanan laut. Kita langsung melahap nasi goreng, indomie rebus, roti bakar, dan teh manis. Kenyang.

Terima kasih ya. Sebulan sudah kita bersama. Saling mengisi hari-hari. Tersenyum bersama. Walau kadang kekurangan masih tampak sana-sini. Kita instropeksi dan mencari solusi. Tujuannya supaya lebih baik. Sekarang hari ke-31. Kamu mengirimkan pesan panjang. Di salah satu bagian akan menungguku sampai di rumah. Namun, nyatanya kamu sudah tidur. Pasti kamu lelah. Biarlah kamu menjadi penjelajah mimpi seperti di film tadi. Tapi, cukup kenangan yang baik saja ya. Kita akan selalu berjalan bersama. Mudah-mudahan ya. Semoga Dia mengizinkan. Selamat pagi.

Depok, 25 Oktober 2015. Sebulan perjalanan bersamamu.

Mampus

Mampus kau
Salah siapa kau mengusikku
Aku adalah penguasa
Menjalari setiap jengkal bumi
Kerap menghantui kalbu
Selalu membayangi hari-harimu
Aku berjalan di lorong-lorong gelap
Dari gedung tinggi hingga gang-gang kumuh
Tempat dingin dan juga lembap

Aku bisa bertemu presiden
Rakyat kecil juga aku sambangi
Dari direktur hingga pengangguran
Siapapun kamu akan kulibas
Kutabrak
Kulindas
Kutendang
Kulempar
Kuremas
Kupukul
Ah, sudahlah
Berdamailah denganku
Siapapun kamu

Aku adalah rindu

Saat bertemu dengan rindu, Depok 4 Oktober 2015